Pages

Kamis, 29 November 2012

Sebuah Harapan Untuk Masa Depan

Mengawali pagi dengan bangun lebih awal. Mata yang masih merah, terus merayuku agar aku tidak bangun dari tempat persinggahan. Namun, mengingatmu selalu membuatku bersemangat untuk mengalahkan keadaan itu dan menjalani kehidupanku di awal pagi. Meskipun ku tahu, kau di sana tak pedulikan aku yang ada di sini. Ya, mungkin akulah yang terlalu bersemangat mengingatmu.

Terbangunlah aku dari persinggahanku, ku ambil sehelai kain penutup badan, lalu menuju ke tempat pembersihan diri. Usai itu, kubersihkan hati dengan memuja Sang Mahakuasa. Kupergi ke tempat dimana hidup ini memberikan banyak ilmu, dan ku harus mengambil ilmu itu, sambil berharap di sana nanti aku bertemu denganmu.

Waktu pun berlalu, kini aku telah berada di tempat itu. Aku bertemu denganmu, memang. Tapi keadaan itu tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan. Kau buang mukamu saat kau bersua denganku. Kau percepat jalanmu, seakan melihat sebuah ketakutan yang amat dalam. Dan aku hanya bisa terus berpikir jernih. Mungkin saat itu kau sedang memiliki masalah dengan orang lain, dan kau sedang membutuhkan tempat untuk melampiaskan itu. Atau, kau benar benar tidak menginginkan untuk berjumpa denganku.

Namun ku tak menyerah. Tak akan menyerah, aku akan selalu berusaha hingga titik akhir perjuangan. Hingga melingkar sebuah cincin emas di jari manismu. Sebelum kau menjadi hak orang lain, aku akan selalu berusaha untuk memilikimu. Terlalu tinggi, memang harapanku. Tapi apakah itu salah? Apakah itu sebuah ketidakmungkinan untuk aku memilikimu? Bukankah sebuah ketidakmungkinan itu tidak ada?

Kini, aku sedang berusaha untuk menata hidupku kembali. Memperbaiki semua hal yang membuatmu tidak menyukaiku. Menghapus semua hal buruk itu. Tidak mungkin semua, memang. Karena sebagus apapun penghapus, pasti ada sisa pensil yang tertinggal, bukan? Untuk mengganti lembaran baru, tentu itu tidak mungkin. Setiap manusia hanya diberi sebuah lembaran hidup untuk kita beri warna dan coretan.

Di senjaku, aku terus berharap, berharap mendapatkan hari esok yang lebih baik. Berharap hari esok, engkau lebih menyukaiku, sebagaimana aku. Berharap perasaan di waktu tadi hanyalah ketakutanku saja.

Jika diibaratkan sebuah rumus fisika, maka berlaku sebuah rumus "W = F.s" yang berartti bahwa semua usahaku untuk mendapatkanmu, akan semakin besar, seiring dengan semakin besarnya semua hal yang kau lakukan untuk menjauhkanku darimu.

0 komentar:

 

Total Tayangan Halaman

Pengikut

Blog Archive